Hari
ini adalah hari terahir saya di bali,sebelum ahirnya besok siang saya
harus kembali pulang ke karawang. Hari ini saya berencana untuk
mengexsplorasi bali bagian selatan yang terkenal dengan pantai dan
ombaknya yang indah.
Pagi-pagi setelah selesai sarapan,saya menyempatkan diri mengganti beberapa sperpart motor yang rusak di bengkel yang letaknya tak terlalu jauh dari kosanya bang toni. Selesai mengganti beberapa komponen yang rusak,saya kembali ke kuta dan memperlihatkan motor yang sudah saya perbaiki ke orang yang menyewakan motor. Setelah tak ada komplen dari orang yang punya motor,saya kembali melanjutkan perjalanan menuju uluwatu yang akan menjadi tujuan ahir perjalanan saya hari ini. Dari kuta saya harus menempuh jarak sekitar 21 Km untuk sampai di uluwatu,tapi karena saya akan menikmati senja di sana, jadi saya putuskan untuk menyinggahi objek wisata lain terlebih dahulu di sepanjang jalan menuju uluwatu.
Pagi-pagi setelah selesai sarapan,saya menyempatkan diri mengganti beberapa sperpart motor yang rusak di bengkel yang letaknya tak terlalu jauh dari kosanya bang toni. Selesai mengganti beberapa komponen yang rusak,saya kembali ke kuta dan memperlihatkan motor yang sudah saya perbaiki ke orang yang menyewakan motor. Setelah tak ada komplen dari orang yang punya motor,saya kembali melanjutkan perjalanan menuju uluwatu yang akan menjadi tujuan ahir perjalanan saya hari ini. Dari kuta saya harus menempuh jarak sekitar 21 Km untuk sampai di uluwatu,tapi karena saya akan menikmati senja di sana, jadi saya putuskan untuk menyinggahi objek wisata lain terlebih dahulu di sepanjang jalan menuju uluwatu.
Pilihan
pertama saya jatuh pada pantai dremland yang terletak di daerah pecatu
(saya senghaja tidak memasukan pantai nusa dua pada exsplorasi kali
ini,karena pantai nusa dua sudah saya kunjungi saat hari pertama saya
menginjakan kaki di bali).Dari kuta saya mengambil arah menuju uluwatu
mengikut petunjuk arah yang banyak tertera di marga jalan. Ternyata
daerah selatan bali itu berupa perbukitan,hal ini terlihat dari jalur
menanjak yang harus saya tempuh setelah keluar dari jalan bay pass
ngurah rai. Setelah melaju sekitar 30 menit,saya bertemu dengan jalan
yang merupakan pintu masuk menuju Garuda Wisnu Kencana (GWK). Namun saya
tidak berencana masuk, karena mengngingat harga tiket masuknya yang
cukup mahal (25k / orang). Sekitar 15 menit setelah melewati pintu
masuk GWK,saya melihat ada sebuah pintu masuk menuju kompleks perumahan
mewah yang letaknya di sebelah kanan jalan (namanya pecatu resort,
kalo gak salah). Nah inilah pintu masuk menuju pantai dremland,seperti
lajimnya sebuah perumahan. Di gerbang masuk terdapat beberapa security
yang berjaga,tapi jangan khawatir,karena motor bisa melenggang bebas
tanpa ada pemerikasaan dari security (yang di periksa hanya mobil saja).
Sesampainya di dalam,terdapat jajaran bangunan mewah di kompleks
perumahan ini,di sini tak ada petunjuk jalan yang jelas untuk sampai di
pantai dremland. Saya hanya mengikuti beberapa bule yang membawa papan
selancar di motornya,dan saya tahu mereka pasti akan ke pantai dremland
juga. Sesampainya di parkiran,saya di pungut bayaran sebesar 5k untuk
biyaya masuk dan parkir (tapi tentu saja ini bukan pungutan resmi,karena
tak menggunakan karcis dan yang memunguti adalah para satpam di situ).
Dari
parkiran,saya harus masih berjalan sekitar 200m sebelum ahirnya sampai
di pantai. Sesampainya di pantai saya di suguhkan pemandangan yang luar
biasa cantik. Laut dan langit yang biru,batukarang yang menjulang
tinggi,dan suasanan yang begitu sepi di pantai ini. Saat itu hanya ada
sekitar 10 orang saja pengunjung di pantai ini(mungkin karena masih
pagi,karena saya tiba di sini sekitar pukul 10 pagi). Saya merasa
seperti pemilik pantai ini,karena beberapa wisatawan hanya berdiam diri
di kursi malas yang memeng banyak tersedia di pingir pantai,meski ada
juga yang sedang berenang. Saya mulai menyusuri pantai ke sebelah
kiri,di sini terdapat tebing karang tinggi yang menjadi sebuah pembatas
pantai. Setelah puas meliahat-lihat pantai di sebelah kiri,saya
langkahkan kaki menyusuri pantai ke arah sebaliknya. Melewati bangunan
utama berupa restoran dan pos penjaga pantai. Saya berjalan terus
menyusuri pantai ini sampai ahirnya kaki saya terhenti ,karena saya
berjalan sudah cukup jauh dari pos penjaga pantai dan karena agak ngeri
juga takut kalau-kalau terjadi apa-apa, mengingat pantai di sebelah
sini sangat sepi (gak lucu dong kalau saya mati ke seret ombak yang
tiba-tiba gede,dan tak ada orang yang nyelametin saya. Di tambah lagi
saya gak jago renang,hahah *serem banget kan pikiran saya). Jadi saya
putuskan berhenti sampai sini saja.
Pantai Dremland |
Sambil duduk-duduk menikmati ke
indahan pantai ini,mata saya terus melihat ke segala penjuru pantai.
Dan saya melihat beberapa batu karang dan bangunan pondasi yang hancur
bekas terjangan ombak. Di salah satu sudut terdapat tulisan “dilarang
mendirikan bangunan di sini”. Sepertinya jika air laut sedang pasang dan
ombak tinggi,pantai ini menghilang tertelan air laut. Hal ini bisa
terlihat dari pondasi bangunan yang hancur berserakan di belakang saya (
saat saya ke sini,jarak pondasi bangunan dengan bibir pantai sekitar 5
meter). Setelah puas berkeliling pantai ahirnya saya putuskan untuk
menyudahi kunjungan saya di sini,awalnya ingin mencoba untuk berenang di
sini. Namun karena tak membawa baju ganti jadi saya mengurungkan niat
itu. Di tambah lagi saya ogah jika harus mengeluarkan kocek 10k cuma
untuk bilas (gila mahal bener kan). Dari parkiran, saya arahkan kembali
motor menuju jalan uluwatu dan keluar dari komplek pemukiman ini. Tujuan
saya berikutnya adalah pantai padang-padang,berbekal informasi yang
saya dapat saat bertanya pada seorang ibu penjual minuman di parkiran
tadi. Saya pun mulai menyusuri kembali jalan uluwatu sampai ahirnya
saya bertemu dengan sebuah persimpangan jalan yang bertuliskan Labuhan
Sait di papan petunjuk arahnya. Saya arahkan laju motor saya menuju
labuhan sait,karena memang ini lah jalan yang menuju pantai
padang-padang. Sebelum sampai pantai padang-padang,saya sempat melewati
pantai lain (lupa namanya). Dan setelah berkendara sekitar 30
menit,sampailah saya di parkiran pantai padang-padang.
lorong untuk sampai di pantai padang-padang |
Untuk mencapai pantai
ini, saya harus turun ke bawah meniti beberapa puluh anak tangga dan
melewati lorong sempit yang terbentuk dari dua buah batu karang yang
berhimpitan(saking kecilnya lorong,kita harus bergantian/mengalah jika
ada orang yang akan naik). Sebenarnya buat saya pantai ini biasa
saja,karena hanya berupa sebuah teluk kecil yang di kelilingi bebatuan
karang. Tapi bagi para surfer,ini merupakan pantai favorit karena
memiliki ombak yang bagus. Saat saya tiba di pantai ini,suasananya sudah
sangat ramai dengan bule-bule yang berjemur. Sejauh mata memandang,
saya hanya melihat bule-bule yang sedang berbaring menikmati sinar
matahari. Sangat sedikit sekali wisatawan lokal di sini,jumlahnya bisa
di hitung dengan jari. Dan tak kalah mengejutkan (padahal menyenangkan)
adalah,banyak cewe - cewe bule yang hanya mengenakan celanan dalam saja
saat berjemur ataupun berenang (alhamdulilah,,eh astagfiruwloh,,haha).
pantai padang-padang |
Cukup lama saya berdiam diri di sini melihat cewe cewe bugil
orang-orang yang sedang bermain surfing. Namun sayang, karena ombak
yang sudah sekitar 2 minggu ini kurang bagus (berdasar penuturan salah
satu penjual minuman),membuat para pemain selancar harus puas dengan
ombak kecil sehingga.
Dari
pantai padang-padang,saya kembali melanjutkan perjalanan menyusuri
jalan labuhan sait sampai ahirnya saya tiba di blue poin. Dengan
membayar tiket masuk + biayaya parkir 3k,saya sudah bisa masuk dan
menikmati pantai ini. Dari parkiran saya berjalan menyusuri cafe-cafe
yang di bangun di bebatuan karang dan menuruni puluhan anak tangga.
Sepertinya tidak tepat jika saya menyebut blue poin ini sebagai
pantai,karena sama sekali tak ada pantai disini. Tempat ini berupa
bongkahan-bongkahan karang yang berbatasan dengan laut yang di jejali
berbagai bangunan. Namun demikian, kita bisa juga turun sampai bawah
karang untuk sekedar merasakan cipratan ombak dan menginjak pasir putih.
Melewati celah-celah karang yang sudah di beri anak tangga.Tempat ini
di penuhi wisatawan asing yang bermain surfing, ada juga turis yang
hanya sekedar bersantai di cafe-cafe sembari melihat para pemain
surfing.
Blue Poin |
Siapkan tenaga yang
cukup untuk menjelajah tempat ini,karena butuh tenaga ekstra untuk
meniti puluhan anak tangga yang jaraknya cukup tinggi.Dari blue
poin,kembali saya arahkan laju motor saya menuju pantai padang-padang
sampai ahirnya saya sampai di pertigaan jalan yang tadi saya lewati. Dan
dari sini saya kembali arahkan motor saya menuju uluwatu. Ohya ada hal
yang menarik di pantai padang-padang,pantai ini dapat terlihat jelas
dari atas sebuah jembatan jalan raya yang menuju blue poin.Sekitar pukul
14:30 saya sudah sampai di uluwatu.
Uluwatu |
Sebelum sampai, saya
sempatkan dulu makan di warung pingir jalan yang berada di sekitaran
jalan uluwatu. Masuk objek wisata uluwatu saya harus membayar 4k sudah
termasuk parkir. Dari parkiran,sudah banyak monyet-monyet yang
berkeliaran dan meminta makanan dari para pengunjung. Sebelum masuk
kawasan pura,saya terlebih dahulu harus menggunakan kain(berbentuk tali)
warna kuning yang di ikatkan di pinggang,dan jika celana pengunjung
terlalu pendek,biasanya akan di suruh memakai kain yang agak lebar
berwarna ungu yang juga di ikatkan ke pinggang membentuk seperti sarung,
kain-kain ini di pinjamkan secara gratis.Dari pintu gerbang,saya dan
beberapa pengunjung lainya mulai menyusuri jalanan yang sudah di beton,
sisi kiri dan kanan jalan berupa semak belukar. Bagi pengunjung yang
ingin memberi makan monyet-monyet ini juga bisa,kita tinggal membeli
saja beberapa pisang yang di jual di tempat peminjaman kain. Sore
itu,banyak wisatawan yang sedang berkumpul di sekitaran pura sambil
menyaksikan tingkah monyet-monyet yang lucu . Meski
saya sangat takut monyet,namun saya mencoba memberanikan diri mendekati
pura. Berbekal dua wisatawan asing dan guide yang sedang memandu
mereka,saya mencoba mendekati pura dengan mengikuti mereka dari
belakang (lumayan lah, gratis dan bebas dari ganguan monyet,haha).
Monyet yang ada di pura ini banyak sekali dengan berbagai usia,dari yang
masih bayi sampai monyet yang udah tua banget (nah yang ini serem
banget mukanya). Belum terlalu lama saya di sana,tiba-tiba terdengar
suara teriakan kaget dari seorang nenek warga negara korea (sepertinya)
yang sendalnya di ambil monyet (padahal sendalnya lagi di pake,tapi di
rebut sama monyet). Tapi tenang,setelah itu ada sang pahlawan(penjaga
pura/pawang monyet/entahlah) yang menyelamatkan sendal si nenek
tadi,tapi tentu saja tidak gratis. Sang pawang itu memberi moyet
sebungkus anggur dan menukarnya dengan sendal itu dan si nenek harus
memberi beberapa ribu pada pawang itu untuk biyaya anggur yang di
berikan pada monyet. Banyak orang yang menilai hal ini adalah ulah
pawang monyet yang senghaja melatih monyet-monyet di sini untuk
mengambil barang-barang milik pengunjung,sehingga pengunjung harus
membayar sejumlah uang ke pawang tersebut jika ingin barangnya kembali.
Tapi saya tak tau itu benar atau tidak,silahkan anda nilai sendiri. Yang
jelas saat berkunjung ke uluwatu,pastikan anda tidak menggunakan kaca
mata,perhiasan,topi,bando atau apapun itu yang mudah di ambil oleh
monyet. Dan pastikan barang-barang yang anda bawa selalu dalam
pengawasan.
pura Uluwatu |
Pura uluwatu ini tidak
lebih bagus jika di bandingkan dengan pura tanah lot/pura yang
lainya, yang membuatnya istimewa adalah karena lataknya yang di atas
tebing yang langsung berbatasan dengan samudra hindia. Dari pura ini,
saya berjalan ke arah kiri menyusuri pinggir tebing yang sudah di beri
pagar pembatas.
Saya
terus berjalan melewati bangunan yang di gunakan untuk pertunjukan tari
kecak,sampai di ujung tebing saya bertemu dengan sebuah warung penjual
minuman yang di jaga ibu-ibu yang sedang sibuk membuat kerajinan tangan
berupa gelang dari manik-manik. Saya cukup lama berdiam di sini sambil
mengobrol dengan ibu yang ramah ini (gak tau namanya). Di sini saya baru
berani mengeluarkan tripot saya untuk sekedar berfoto dengan background
tebing dan laut, karena di sini tidak ada monyet. Saat hari semakin
sore saya kembali berjalan ke arah pura untuk menikmati sunset di ujung
tebing yang satunya,saat saya melewati bangunan pertunjukan tari
kecak,rupanya sedang berlangsung pertunjukan tarian kecaknya. Tapi untuk
menyaksikan pertunjukan ini,kita harus membayar sekitar 75k/
orang,tentu saja saya ogah mengeluarkan 75k untuk menyaksikan
pertunjukan tersebut,,haha.
Setelah
sampai pura,kembali saya menyusuri pinggiran tebing ke arah kanan
(menuju arah pintu masuk/keluar ) yang juga sudah di pagari pagar
beton.Sesampainya di ujung tebing,saya di sambut dengan puluhan monyet
yang juga lagi nunggu sunset kayaknya,haha. Tapi untunglah di sini
banyak juga wisatawan lain dan beberapa guid yang memandu mereka.
Semakin lama,matahari semakin condong dan langit semakin merona jingga.
Dari atas tebing saya dapat menyaksikan beberapa buah kapal nelayan
yang sepertinya akan melaut. Tak hanya itu,saya juga melihat beberapa
lumba-lumba yang melompat-lompat seolah tahu sedang di perhatikan.
Matahari semakin turun,kilat lampu kamera terus bergantian bersinar
dari beberapa wisatawan,tak terkecuali saya. Namun monyet-monyet yang
bertengkar/ monyet-monyet yang mengganggu pengunjung di sini membuat
saya tak terlalu khusuk menikmati senja di sini (bawaannya was-was
terus,haha).
Ke esokan harinya,sekitar pukul 10 pagi saya berpamitan dengan bang toni,karena saya akan pulang. Ahirnya,,setelah backpacking selama 2 minggu,menjelajah bali dan lombok saya pulang juga,hehe. Dari denpasar saya menuju kuta untuk mengembalikan motor sewaan. Dari kuta saya menuju bandara I Gusti Ngurahray Bali dengan menggunakan jasa ojek dengan tarif 20k. Dan sekitar pukul 14 ,pesawat yang saya tumpangi take off meninggalkan pulau dewata. Semoga suatu saat bisa menginjakan kaki kembali ke pulau ini,,,Amin.
#terimakasih banyak buat bang toni yang sudah menampung saya selama di bali, dan terimakasih juga buat mas rizky yang sudah menjemput saya di bandara dan mengajak berkeliling nusa dua. Ke baikan kalian ber dua akan saya ingat selalu. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar