www.trimo-situmorang.blogspot.com
Kawasan Cubadak pada mulanya adalah
bekas kawah dengan luas sekitar 40 km persegi. Pulau ini tidak
berpenduduk, kecuali hanya segelintir rumah nelayan sebagai tempat
persinggahan saat kemalaman melaut, dan dipenuhi hutan lebat. Sejumlah
satwa burung dan binatang liar seperti monyet, rusa, babi hidup di sini.
Cubadak merupakan salah satu dari puluhan pulau kecil di lepas pantai
Sumatra Barat.
Sebenarnya ada banyak pulau kecil yang
berpotensi besar di kawasan ini. Diantaranya Mentawai, Sipagang, Sikuai,
Pasumpahan, Sirandah, Penyu, dan lain-lain. Sayangnya baru Cubadak dan
Mentawai yang sudah digarap dan dipromosikan dengan baik.
Pulau Cubadak yang namanya telah
mendunia dan menjadi ikon Kabupaten Pesisir Selatan ini memiliki luas
wilayah 5.749 km persegi dan berada 0-1.000 meter di atas permukaan
laut. Dengan posisi memanjang dari utara ke selatan di bagian barat
Sumatra Barat, Pesisir yang memiliki 218 km panjang pantai memang
memiliki potensi di bidang pariwisata.
Panjang pantainya lebih 1,5 km dan lahan yang dikuasai pengelola Cubadak adalah sekitar tujuh hektar. Jika Mentawai adalah surga para peselancar, maka Cubadak adalah surga para penyelam karena dasar laut yang mengelilingi pulau ini ditumbuhi terumbu-terumbu karang yang indah dan ikan hias warna-warni.
Di antara wisatawan Eropa lainnya, orang
Jerman termasuk yang cukup antusias berkunjung ke pulau yang dijuluki
Paradiso Village ini. Semua itu tak lepas dari promosi gencar dari
sejumlah media di Jerman tujuh tahun yang lalu. Saat itu, satu tim TV
Bavarian datang ke Cubadak untuk menggarap sebuah film dokumenter.
Mereka melakukan pengambilan gambar dari berbagai sudut untuk
menggambarkan keindahan Cubadak.
Setelah diputar di Jerman, film
berdurasi 30 menit itu mendapat sambutan yang luas dan mampu menjadi
magnit bagi orang Jerman untuk datang ke Cubadak. Ratusan telepon pun
masuk ke stasiun TV tersebut. Mereka umumnya menanyakan bagaimana
perjalanan ke Sumatra Barat, Indonesia. Sebab selama ini mereka hanya
mengenal Bali atau Lombok.
Selain itu, sejumlah media cetak saat itu juga menulis artikel panjang soal pulau “surga” ini. Majalah wanita Bild de Rau misalnya, memuat tulisan berjudul “Pulau Tersenyap di Dunia” dan koran Munchener Abendpost menulis “Bagaimana Mencapai Pulau Cubadak”.
Selain itu, sejumlah media cetak saat itu juga menulis artikel panjang soal pulau “surga” ini. Majalah wanita Bild de Rau misalnya, memuat tulisan berjudul “Pulau Tersenyap di Dunia” dan koran Munchener Abendpost menulis “Bagaimana Mencapai Pulau Cubadak”.
Menurut Tom Plummer, pengelola kapal
pesiar berkebangsaan Australia yang sudah lama berdomisili di Padang,
banyak sekali wisatawan asing yang awalnya tidak menyangka keistimewaan
Pulau Cubadak. Bahkan tak jarang para wisatawan yang datang ke Sumatra
Barat pada awalnya mengeluhkan perjalanan dari Bandara Tabing ke Carocok
yang lumayan melelahkan karena jalannya berbelok-belok dan banyak
tikungan. “Tapi begitu sampai di Pulau Cubadak, mereka akan kaget betapa
indahnya pulau ini dan sama sekali tidak menyesal pernah ke sana,” ujar
Tom.
Tom yang kini juga mengelola sebuah toko
olahraga di Jalan Hiligoo Padang bahkan berani mengatakan bahwa orang
yang datang ke Cubadak pasti akan terkesan. Paduan olahraga air sambil
menikmati kesenyapan pulau ini bakal menimbulkan kerinduan yang akan
membuat pengunjung ingin kembali lagi ke sini. Nah untuk membuktikannya
rasanya Anda mesti berkunjung ke sana sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar